Senin, 14 November 2011


Sahabatku
Tapi,,, aku salut padamu karena kamu masih menyempatkan rasa rindumu dengan butiran-butiran tinta yang indah tentang persahabatan kita. Surat  inipun aku buat ketika aku terketuk hati untuk segera membalas kata-kata indah darimu.  yah walaupun ini tak seindah dari kata-kata seorang penyair, tapi semoga kau mengerti bahwa aku masih disini untuk selalu menitipkan doa dan salam dariku. Tetap semangatlah, di Negeri Menara kembar.  Ini paragraph terakhir suratku pada seorang sahabat kecilku yang kini telah pergi jauh. Surat ini kuberikan padanya setahun setelah dia pergi dari desaku. Membalas surat darinya seakan  ingatanku kembali pada saat  kami akan berpisah dengannya.
“Nay (begitu nama sahabatku di panggil) kemana kau akan pergi setelah lulus SMK nanti?”
Aku akan bekerja di Malaysia, mungkin selama 3 tahun kita akan berpisah Meya, entahlah apakah ini adalah keputusan yang terbaik, atau mungkin aku tidak akan mengukir cita-cita yang dulu pernah kita bicarakan.” Kata Nay dengan nada rendah.
Sore itu aku hanya mendengarkan keluh kesah Naya yang masih risau dengan kepergiannya. Dulu, dia seorang yang paling bersemangat untuk segala hal. Hampir setiap hari aku mendengar kata-kata motivasi darinya mirip seperti Mario teguh.  Wajah yang cabi dan berlesung pipi membuatnya tampak selalu ceria. “Aku pengen jadi motivator dan pengusaha sukses”. Itulah yang pernah aku dengar darinya, dia ingin kuliahnya mengambil jurusan manajemen ekonomi. Dan saya pikir mungkin segudang impian telah dirajut olehnya karena melihat  kepribadiannya yang tak kenal menyerah.  Menurutku, dia juga sosok yang kuat, karena walaupun Ibu Naya telah lama meninggalkannya semenjak dia duduk di MTs kelas2, dia tidak pernah meratapi kesedihannya. Tetapi  Ayahnya menikah lagi ketika dia kelas 2 SMK. Ayah Naya sudah tidak peduli lagi karena gajinya sebagai karyawan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya. Berbagai cobaan dia lalui dengan ketegaran dan kekuatan. Dia yakin bahwa suatu saat dia akan memiliki kehidupan yang membahagiakan.
 Setelah itu dia dan adiknya memutuskan untuk tinggal di Panti Asuhan yang dekat dengan sekolah kami. Inilah salah satu kerisauan hati Naya karena meninggalkan adiknya, karena Adiknya masih duduk di kelas 6SD. Selain itu dia juga butuh biaya untuk kuliahnya dan sekolah adiknya kelak. Mungkin sekarang inilah single sister yang sedang berjuang untuk hidupnya.
“Sudahlah Nay, jika cita-cita ini memang harus ditunda untuk beberapa tahun, yang pasti kau akan dapat menggapainya suatu hari nanti.” Kataku sambil melihat wajahnya yang sayu.
Seketika pembicaraan kami hening, sepi dan sunyi. Sedangkan Naya masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sesekali juga pandanganku tertuju kesebuah gang kecil yang sedang dipenuhi anak-anak kecil yang sedang bermain. Kulihat mbak maryam yang sedang lari terbirit-birit menuju rumahku. Aku hanya bisa mengernyitkan dahi keheranan.
“Nay, adikmu,… adikmu,…  adikmu kecelakaan…ditabrak truk…!”
•••
“Nay, sabar ya… adikmu telah dipanggil Allah.” Aku hanya bisa mengucapkan itu saja. Melihat Nay yang masih terbaring saja sudah tak mampu lagi menahan air mataku yang sejak tadi telah mengiringi Nay sewaktu pingsan. Nay juga tak berkata apapun. Hanya tetesan demi tetesan yang terus membanjiri pipinya yang cabi. Lirih kudengar dia mengucapkan innalillahi wa innaillaihi rajiunn, setelah itu hanya istigfar berulang ulang.
“Nay, sabar… hidup dan mati seseorang tidak ada yang tahu, hanya Gusti Allah yang maha tahu segalanya. Insya Allah, Allah akan menempatkanmu pada golongan orang-orang yang sabar. Yakinlah suatu hari kau akan menemukan hasil dari kesabaranmu. Semoga adikmu diterima disisinya… aminn” kata mbak maryam yang dari tadi juga telah menunggu sadarnya Nay dari pingsan.
•••
Bukanlah  seorang Naya  jika tak kenal menyerah. Seminggu setelah wafat adiknya, dia langsung mengurus keperluannya untuk ke Malaysia. Sekolah SMK kami membuka kerjasama dengan perusahaan disana untuk menyalurkan tenaga kerja yang telah siap dan di kontrak selama 3tahun dengan gaji yang lumayan.
Tak banyak yang diucapkan Nay pada saat dia pergi. Dia memberi Senyuman impian kepada masa depan yang dicita-citakan. Kepada impian dan cita-cita yang sudah menunggu di ujung sana. Kami hanya berjanjian untuk saling menghubungi dengan surat. Dan kulepas kepergiannya dengan segenggam doa dan harapan untuk segenap impian dan cita-citanya.
Salam semangat dan doa dariku,,
Semoga berkah rahmat Allah melimpahi kehidupan kita…
Kuakhiri paragraph terakhir suratku. Dan kumasukkan suratku ini dengan amplop hijau kesukaan Nay.

EDa Amny


Tidak ada komentar:

Posting Komentar