Sabtu, 06 Juli 2013

Surat cinta buat adek-adek mas…

Adek-adek ku yang mas aliq cintai, indah terasa persahabatan kita selama ini. Di tengah malam ini, mas ingin mencurahkan perasaan mas sm adek. Kehidupan ini begitu terasa indah ketika mas mengingat kalian. Kaki mas yang sedang sakit ini tak berasa apa apa ketika mas mengingat wajah kalian, senyum kalian, panggilan kasih sayang kalian, apalagi mengingat kebersamaan kita ketika menyanyikan lagu. Dalam kehangatan di tengah-tengah hujan lebat, kita menyanyikan lantunan lagu-lagu islami. Kita begitu menikmati kebersamaan saat itu. Subhanallah… Adek-adeku, usia mas semakin bertambah seiring dengan detakan jarum jam yang ada di hadapan mas. Lika-liku kehidupan yang telah mas jalani, cukup membuat mas menjadi orang yang lebih dewasa. Mas saat ini sudah berusia 24 tahun, usia yang dipandang oleh beberapa kalangan ahli sebagai batas akhir masa puber, dan artinya sebentar lagi mas harus menjalani kehidupan yang lebih serius. Adek-adeku, maafkan mas. Mungkin selama ini mas belum mampu menjadi kakak yang terbaik yang Allah anugerahkan kepada kalian. Mas selama ini masih belum mampu membuat kalian bahagia. Jika dipandang dari sisi materi, mas belum bisa membantu membiayai kebutuhan kalian, untuk jajan, untuk kuliah, untuk beli pakaian, untuk apa yang ingin kalian miliki. Semuanya itu belum bisa mas capai. Jika dipandang dari sisi diluar itu, mas belum bisa menjadi teladan yang baik buat kalian, masih terasa beberapa sikap mas yang terkadang kurang pengertian, kurang memahami perasaan kalian, dan masih kasar. Serta masih banyak lagi hal-hal yang seharusnya tidak mas lakukan sebagai seorang kakak. Adek-adeku yang sangat mas sayangi, mas ingin berbagi. Melalui tulisan ini, mas ingin berbagi pandangan. Pandangan mas sebagai seorang kakak yang berusaha untuk menjadi kakak yang semestinya. Semoga kalian bisa memahami apa yang mas inginkan selama ini. Keinginan yang insyaAllah tulus dari hati mas, ketulusan untuk menyayangi kalian, seiring dengan ketulusan mas dalam beribadah kepada Allah. Alhamdulillah, mas selama ini masih dikatakan Jojoba! Jomblo-jomblo bahagia. Sebuah ungkapan di kehidupan yang sebagian orang menganggap kacian banget karena tidak memiliki pacar!. Pandangan yang cukup halus untuk para pemuda-pemudi yang dalam gelora remaja tak memilih untuk berpacaran. Arrgghhhhh….tak usahlah mikirin itu, kata itu tidak ada dalam kamus keluarga kita. Termasuk pacaran! Tidaklah semata-mata agama kita melarang dikarenakan bisa mendekati zina bahkan bukan kata mendekati lagi, tapi yaa begitu lah. Mas punya pandangan yang berbeda tentang itu semua. Dahulu mas punya pandangan yang cukup bisa dikatakan gila kenapa mas tidak pacaran. mas akui, pacaran itu sesuatu yang sangat menyenangkan. Dunia begitu terasa indah dibuatnya. Dalam kondisi apapun, perasaan ketika berpacaran mengalahkan segala bentuk keburukan, keedanan, kekotoran, kekejian bahkan kejorokan yang ada dihadapan kita. Bentuk-bentuk tersebut menjadi tak berarti apa-apa. Bahkan, ketika pacaran, kebaikan, kekuatan, kesemangatan, ketaatan, kepatuhan dalam diri kita muncul. But, itu semua tidak bisa menjadi faktor toleransi diijinkannya pacaran dalam agama. Mas beranggapan, seandainya mas punya pacar, seorang kekasih, itu bagi mas sesuatu yang membuat mas bukan orang yang merdeka, independen! Kenapa? Sedikit banyak sikap mas akan terbatasi, terutama ketika berada di dekat seorang kekasih. Mau begini, begitu, begono, akan sangat dipertimbangkan demi menjaga hati sang kekasih. Pada kenyataannya banyak sesuatu yang dipaksakan (tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hati). Tetapi itu semua dilakukan demi seorang kekasih. Menurut mas, itu terkesan sangat bodoh! Mengapa lelaki harus berpura-pura dalam kebodohan, sedangkan dia hanyalah berstatus pacar! Status yang tak diketahui kapan kata itu muncul ke permukaan bumi. ijab qobul yang berdasarkan perasaan suka sama suka. Tak perlu saksi, apalagi wali. Bagi mas, lelaki itu makhluk yang kuat, perkasa, gagah berani, tidak cemeng. Jikalau lelaki terperangkap dalam perasaan hanya pada satu orang kekasih, dan membuat sikapnya tidak independen, terbatasi, terkadang tidak obyektif, lebih memilih sang kekasih di banding keluarga, saudara-saudaranya, teman temannya, bahkan masyarakat, menurut mas itu lelaki terbodoh yang pernah dilahirkan Tuhan di muka bumi yang begitu luas ini. Oleh karena itu, mas lebih menyarankan, jikalau ada seorang lelaki yang ingin berpacaran, pacarilah wanita sebanyak-banyaknya. Cari wanita sesuka hatinya! But, itu akan membuat perasaan sakit pada wanita-wanita yang dipacarinya itu. Mas ngga akan rela seandainnya diantara wanita wanita itu adalah bagian dari keluarga mas, apalagi kakak atau adik mas. Itu sangat menyakitkan. Satu pacar membuat kita terkesan orang bodoh, jikalau banyak pacar itu menyakiti perasaan. Dan, akhirnya mas tidak memilih berpacaran. Adek-adeku yang mas sayangi, pandangan seperti itu muncul dari pikiran mas saat SMA. Masih inget ketika mas sakit parah sampai lumpuh??? Sembuh dari sakit membuat cara berpikir mas berubah. Lebih terkesan kasar, edan, kurang ngajar, tak berperasaan, dll. But, itu dulu, dan sekarang sudah berubah seiring dengan keilmuan mas yang semakin lebih baik. Pandangan tersebut berangsur-angsur gugur dan mas menemukan pandangan yang lebih baik berdasarkan tuntunan agama, insyaAllah. Ketika kita berbicara hubungan lelaki dan perempuan, dalam islam mensyaratkan kata adil di dalamnya. Sebagai contoh, inget ketika ada suami yang ingin menambah istri lagi alias poligami? maka Allah mensyaratkan pada lelaki tersebut dengan ungkapan “Jika kamu mampu berlaku adil”. Kata yang sangat mudah dilafalkan namun berat dijalankan. Adil memiliki arti “menempatkan sesuatu pada tempatnya”. Kita dikatakan adil ketika, kita bisa menempatkan kata wajib belajar sungguh-sungguh dalam diri ketika kita berstatus siswa atau mahasiswa, menempatkan otak untuk digunakan sesuai fungsinya, menempatkan sikap hormat kepada orang tua kita, guru kita dan orang-orang yang pantas kita hormati, menempatkan cinta serta kasih sayang kepada yang lebih muda, saudara, dan sesamanya dalam bingkai norma-norma kebaikan. Itu lah kata Adil.
Nah, terus hubungan dengan pacaran adalah, kita tahu pacaran juga merupakan hubungan pertalian antara dua orang yang berlawanan jenis (lelaki dan perempuan), dan itu juga mensyaratkan keadilan dalam menjalani. Mas membayangkan betapa beratnya bisa bersikap adil, ketika mas punya pacar. Mas sangat bersyukur dikaruniai keluarga besar dengan 7 saudara perempuan dan seorang lelaki. Singkat kata, ketika mas punya uang dan ingin memberikan hadiah pada seseorang wanita, ketika mas punya pacar maka siapa yang akan di kasih? Yaa si dia! Orang yang baru mas kenal. Ketemu gede. Bukan kakak mas yang semuanya cewe, dan bukan pula dua adek mas yang cantik-cantik. Klo begini, apakah mas dikatakan berlaku adil? Kakak mas dari dulu telah banyak berkorban untuk mas, mandiin, nyuapin, nyuciin baju, bercandain, nyebokin dll. Apakah mereka pantas diperlakukan demikian? Termasuk sama adek mas, yang setiap melihat mas capek, mijetin, mas pengin medang, mbikinin, mas pmaengin ini itu, mbantuin. Mas akan berat melaksanakan yang namanya adil! Apalagi kalo harus dibandingkan dengan Emak! Ga sebanding jadi ga perlu dibahas. Itu baru contoh kecil ketika harus bersikap adil dalam lingkup keluarga. Dalam lingkup yang lebih besar lagi, kita akan semakin kehilangan makna keadilan. Kepada sesama saudara, masyarakat, bahkan alam, akan semakin berat. Apalagi dalam lingkup yang tinggi, yaitu bagaimana kita bisa berlaku adil kepada Tuhan yang telah menciptakan, memenuhi segala kebutuhan, serta memberikan berbagai kenikmatan yang tak terhingga. Itu akan sangat berat sekali. Itu lah Dek, alasan mas yang insyaAllah sampai detik ini untuk tidak berpacaran. Mas sedang mencoba, berlatih untuk berlaku adil terutama kepada keluarga yang mas sangat sayangi. Mas akan memberikan sms nasihat kebaikan kepada orang lain, setelah minimal adek-adek dikirimin. Mas berusaha ikhlas membantu adek-adek dan kakak kakak, sebagaimana ketika mas membantu orang lain, apalagi pada wanita yang mas sukai. Bahkan, ketika mas sedang malas, misalkan dimintai bantuan oleh kakak maupun adek, maka mas akan berpikir, jika itu yang minta pacar mas, maka mas akan segera memberikan bantuan, sedemikian sehingga mas juga akan memberikan bantuan kepada kakak atau adek dengan segera. Bukankah Allah menyuruh untuk menyelamatkan diri kita dulu kemudian keluarga kita. Adek-adeku yang mas sayangi, satu pandangan dulu yang mas share. Semoga adek-adek bisa memahami. Satu kata yang jangan lupa adalah “Adil”. Mas sedang berusaha adil sebagai seorang kakak artinya Mas sedang berusaha menempatkan mas sebagai kakak yang baik. Kakak yang keberadaanya dirindukan oleh kalian. Ketulusan cinta, kasih dan sayangnya senantiasa menyelimuti kalian. Ketegaran dan kekuatannya menjadi energi yang membakar semangat kalian. Tanggung jawab dan kepeduliannya bagaikan ayah kedua bagi kalian. Adek-adeku yang mas cintai, demikian surat cinta dari mas. Mudah-mudahan mas bisa menjadi kakak yang baik bagi kalian. Tak lupa juga menjadi adik yang baik bagi kakak-kakak mas. Satu masa yang dirindukan adalah kebersamaan yang kita rajut dengan penuh kebahagiaan di dunia, bisa berlangsung terus hingga di akhirat nanti. Amein… Yaa Robbal’aalamiin. Berikut pesan buat mas dan adek-adek: 1. Bahagiakan Abah Emak kita. Bikin mereka menangis karena bangga kepada kita. Mas pengin merasakan kebahagiaan karena bisa membuat mereka menangis bahagia sebagaimana mereka bahagia ketika mendengar tangisan pertama kali saat kita dilahirkan. 2. Gelar tertinggi bagi seorang anak adalah anak sholeh dan sholehah. Keberadaan kita dijuluki “Qurrota’ayun” artinya yang menyejukkan pandangan mata orang tua kita. 3. Jadilah orang-orang yang berprestasi, sebagaimana harapan abah dan emak. 4. Memegang prinsip-prinsip agama dalam kehidupan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Depok, 07 November 2010 ( 01.45 ) Dalam keheningan malam yang diiringin lantunan suara maher zain.
* Tulisan ini dibuat oleh Mas al al,,* my best brother...