Sekitar pukul 12.30 WIB rombongan school of writer 2
telah sampai di kawasan gunung tangkuban perahu. Seketika itu kami tidak serta
merta bisa langsung menikmati pemandangan yang ada di gunung tangkuban perahu.
Kami harus menempuh beberapa kilometer untuk menuju kawah ratu dengan
menggunakkan bus yang ada di terminal Jayagiri. Terminal ini digunakan untuk
area parker bus dan Wara-wiri. Penumpang bus biasanya melanjutkan perjalanan
dari terminal Jayagiri ke kawah Ratu menggunakkan angkutan Wara-wiri. Dibutuhkan
waktu sekitar 5 menit menuju kawah ratu.
Sesampainya di kawah ratu, kami di sambut oleh pedagang
yang menjual buah strawberry, sovenir dll. Kami memilih menyusuri jalanan pada
sisi kawah ratu yang terlihat sebagai gundukan bebatuan yang tinggi. seketika
itu suhu berubah menjadi lebih hangat dibandingkan ketika masih dibawah
gundukan tersebut. Kami terus saja melewati jalanan tersebut sampai akhirnya
kami berada tepat diatas kawah ratu. jika melihat kebawah kami bisa melihat
pemandangan kawah ratu yang menawan. Udara dingin kembali ketika kami telah
menuruni jalanan gundukan tersebut. Tapi sesungguhnya yang menjadi perhatian
saya dan beberapa para peserta lain adalah mengapa ketika kami berada di atas
gundukan tadi udara begitu hangat dan ketika menuruni gundukan udara kembali
dingin. Pertanyaan ini terus berkecambuk dalam hati saya untuk segera menemukan
jawabannya.
Saya langsung penasaran ingin mengetahui mengapa hal itu
bisa terjadi. Maka dari itu saya mencari tahu informasi yang ada tentang perbedaan
suhu tersebut. Tetapi saya tidak langsung bisa menemukan informasi yang ingin
saya dapatkan. Karena beberapa meter kami berjalan, kabut telah menyamarkan
penglihatan kami untuk dapat melihat tempat yang mungkin bisa ditemui. Akhirnya
saya berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu petugas dari kantor
informasi Tangkuban Perahu.
Gunung tangkuban perahu adalah salah satu gunung yang
terletak di provinsi jawa barat- Indonesia. Sekitar 20km ke arah utara kota
Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh disekitarnya. Gunung
ini mempunyai ketinggian setinggi 2.083 meter. Jenis gunung ini adalah
Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis
batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur,
mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat
gunung tidak aktif adalah uap belerang. Ada salah satu kawah yang mengandung
belerang yang beracun, maka dari itu pengunjung tidah boleh menuruni kawah
tersebut. “jika ada pengunjung yang merasa pusing karena terlalu banyak
menghisap belerang, kami menganjurkan untuk meminum susu untuk mensterilkan.
kami juga menyediakan oksigen untuk berjaga-jaga jika pengunjung ada yang
alergi atau sampai pingsan karena belerang. Selama kami bekerja disini, kami
belum merasakan efek yang berdampak pada tubuh kami karena setiap hari
menghisap belerang. maka dari itu kami disini juga minum susu karena susu dapat
mensterilkan tubuh akibat terlalu banyak menghisap belerang.” kata petugas yang
sudah 2 tahun ini bekerja di Kantor informasi gunung Tangkuban perahu.
Mengenai perbedaan cuaca itu karena di daerah pinggiran
sisi kawah ratu agak tinggi daripada di daerah bawah kawah ratu. Daerah
gundukan yang berada di pinggiran kawah ratu lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan yang dibawahnya. Sehingga daerahnya lebih bersuhu hangat. Itu sekelumit
informasi yang saya dapatkan. Sejurus kemudian pikiran saya tertuju untuk
membuka buku Campbell Biologi agar mendapatkan informasi yang lebih mendetail
tentang perbedaan ini.
Ketika udara hangat dan lembab mendekati pegunungan,
udara akan naik dan kemudian mengalami pendinginan, membebaskan uap air pada
arah tiupan angin di daerah pegunungan tersebut. udara yang dingin menyimpan
lebih sedikit uap air dibadingkan dengan udara hangat. Pada arah yang
berlawanan dengan arah tiupan angin pada sisi pegunungan tersebut, udara yang
lebih sejuk dan kering akan turun, menyerap air dan menghasilkan daerah
bayang-bayang hujan. Selain itu, pada lintang tertentu, suhu udara menurun
sekitar 6˚C setiap kenaikan ketinggian 1000m, yang serupa dengan penurunan suhu
dengan peningkatan lintang. (Campbell.2004 jilid III)
Jadi, keadaan panas akan mengalami kenaikan dan penurunan suhu ketika mendekati pegunungan
karena adanya pembebasan uap air pada arah tiupan angin di daerah tersebut.
Tetapi walau dalam suhu yang panas, kami tetap bersemangat berfoto meski banyak
mata yang merem-melek karena silau.
Benar-benar
fenomena pegunungan yang menajubkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar