Selasa, 30 April 2013

Fenomena Cuaca Tangkuban Perahu



Sekitar pukul 12.30 WIB rombongan school of writer 2 telah sampai di kawasan gunung tangkuban perahu. Seketika itu kami tidak serta merta bisa langsung menikmati pemandangan yang ada di gunung tangkuban perahu. Kami harus menempuh beberapa kilometer untuk menuju kawah ratu dengan menggunakkan bus yang ada di terminal Jayagiri. Terminal ini digunakan untuk area parker bus dan Wara-wiri. Penumpang bus biasanya melanjutkan perjalanan dari terminal Jayagiri ke kawah Ratu menggunakkan angkutan Wara-wiri. Dibutuhkan waktu sekitar 5 menit menuju kawah ratu.
Sesampainya di kawah ratu, kami di sambut oleh pedagang yang menjual buah strawberry, sovenir dll. Kami memilih menyusuri jalanan pada sisi kawah ratu yang terlihat sebagai gundukan bebatuan yang tinggi. seketika itu suhu berubah menjadi lebih hangat dibandingkan ketika masih dibawah gundukan tersebut. Kami terus saja melewati jalanan tersebut sampai akhirnya kami berada tepat diatas kawah ratu. jika melihat kebawah kami bisa melihat pemandangan kawah ratu yang menawan. Udara dingin kembali ketika  kami  telah menuruni jalanan gundukan tersebut. Tapi sesungguhnya yang menjadi perhatian saya dan beberapa para peserta lain adalah mengapa ketika kami berada di atas gundukan tadi udara begitu hangat dan ketika menuruni gundukan udara kembali dingin. Pertanyaan ini terus berkecambuk dalam hati saya untuk segera menemukan jawabannya.


Saya langsung penasaran ingin mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Maka dari itu saya mencari tahu informasi yang ada tentang perbedaan suhu tersebut. Tetapi saya tidak langsung bisa menemukan informasi yang ingin saya dapatkan. Karena beberapa meter kami berjalan, kabut telah menyamarkan penglihatan kami untuk dapat melihat tempat yang mungkin bisa ditemui. Akhirnya saya berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu petugas dari kantor informasi Tangkuban Perahu.

Gunung tangkuban perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi jawa barat- Indonesia. Sekitar 20km ke arah utara kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh disekitarnya. Gunung ini mempunyai ketinggian setinggi 2.083 meter. Jenis gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Ada salah satu kawah yang mengandung belerang yang beracun, maka dari itu pengunjung tidah boleh menuruni kawah tersebut. “jika ada pengunjung yang merasa pusing karena terlalu banyak menghisap belerang, kami menganjurkan untuk meminum susu untuk mensterilkan. kami juga menyediakan oksigen untuk berjaga-jaga jika pengunjung ada yang alergi atau sampai pingsan karena belerang. Selama kami bekerja disini, kami belum merasakan efek yang berdampak pada tubuh kami karena setiap hari menghisap belerang. maka dari itu kami disini juga minum susu karena susu dapat mensterilkan tubuh akibat terlalu banyak menghisap belerang.” kata petugas yang sudah 2 tahun ini bekerja di Kantor informasi gunung Tangkuban perahu.
Mengenai perbedaan cuaca itu karena di daerah pinggiran sisi kawah ratu agak tinggi daripada di daerah bawah kawah ratu. Daerah gundukan yang berada di pinggiran kawah ratu lebih tinggi dibandingkan dengan dengan yang dibawahnya. Sehingga daerahnya lebih bersuhu hangat. Itu sekelumit informasi yang saya dapatkan. Sejurus kemudian pikiran saya tertuju untuk membuka buku Campbell Biologi agar mendapatkan informasi yang lebih mendetail tentang perbedaan ini.
Ketika udara hangat dan lembab mendekati pegunungan, udara akan naik dan kemudian mengalami pendinginan, membebaskan uap air pada arah tiupan angin di daerah pegunungan tersebut. udara yang dingin menyimpan lebih sedikit uap air dibadingkan dengan udara hangat. Pada arah yang berlawanan dengan arah tiupan angin pada sisi pegunungan tersebut, udara yang lebih sejuk dan kering akan turun, menyerap air dan menghasilkan daerah bayang-bayang hujan. Selain itu, pada lintang tertentu, suhu udara menurun sekitar 6˚C setiap kenaikan ketinggian 1000m, yang serupa dengan penurunan suhu dengan peningkatan lintang. (Campbell.2004 jilid III)
Jadi, keadaan panas akan mengalami kenaikan dan  penurunan suhu ketika mendekati pegunungan karena adanya pembebasan uap air pada arah tiupan angin di daerah tersebut. Tetapi walau dalam suhu yang panas, kami tetap bersemangat berfoto meski banyak mata yang merem-melek karena silau. 

Benar-benar fenomena pegunungan yang menajubkan!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar